Aku mencintainya.
Bertahun- tahun.
Tak ada seperempat detikpun dari tahun- tahun itu aku terlepas dari cara tertawanya.
Cara bicaranya.
Cara berjalannya.
Cara menatapnya.
Aku katakan, aku ingin dia.
Lebih dari kata ingin.
Aku merasa ingin mati saja jika tak bisa memilikinya.
Ya. Ini cinta mungkin.
Ya. Ini cinta mati mungkin.
Mungkin.
Lalu aku belajar merangkak.
Mulai mengerti sepatah dua pelajaran.
Sepertinya ini yang dikenal orang sebagai ambisi.
Sepertinya ini yang dikenal orang sebagai nafsu.
Mereka beda tipis.
Ya. Ini bukan cinta mungkin.
Ya. Ini bukan cinta mati mungkin.
Padamu aku temukan jawabannya.
Padamu, lelaki yang tanpa banyak bicara aku mengerti inginnya.
Padamu aku temukan isyaratnya.
Bahwa cinta adalah merelakan.
"Pada siapa?" Aku bertanya.
"Pada yang memiliki hatimu dan hatinya."
Pages
...to write a poem about you, a portrait of beauty in words...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Pageviews
Popular Posts
-
Aku mencintainya. Bertahun- tahun. Tak ada seperempat detikpun dari tahun- tahun itu aku terlepas dari cara tertawanya. Cara bicaranya. ...
-
"TAKDIR dan kau tidak akan bisa mengubahnya..." Jika kau mencariku, carilah aku di antara mereka yang mencintaimu dalam diam,...
0 komentar:
Posting Komentar